Jumat, 24 Mei 2019

AHLUS SUNNAH TAAT KEPADA PEMIMPIN KAUM MUSLIMIN

Hasil gambar untuk taat pemimpinOleh : Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Di antara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah wajibnya taat kepada pemimpin kaum Muslimin selama mereka tidak memerintahkan untuk berbuat kemaksiyatan, meskipun mereka berbuat zhalim. Karena mentaati mereka termasuk dalam ketaatan kepada Allah, dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah wajib.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan ulil amri di antara kalian.” [An-Nisaa: 59]

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لاَطاَعَةَ فِي مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ.

“Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat maksiyat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan” [1]

Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ.

“Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) pada apa-apa yang ia cintai atau ia benci kecuali jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan. Jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.” [2]

Apabila mereka memerintahkan perbuatan maksiyat, saat itulah kita dilarang untuk mentaatinya namun tetap wajib taat dalam kebenaran lainnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

…أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ آمَرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ…

“…Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah Yang Mahamulia lagi Mahatinggi, tetaplah mendengar dan mentaati, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak hitam…“ [3]

Ahlus Sunnah memandang bahwa maksiat kepada seorang amir (pemimpin) yang muslim merupakan perbuatan maksiat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ أَطَاعَنِيْ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ عَصَانِي.

“Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada amirku (yang muslim) maka ia taat kepadaku dan barangsiapa yang maksiat kepada amirku, maka ia maksiat kepadaku.” [4]

Imam al-Qadhi ‘Ali bin ‘Ali bin Muhammad bin Abi al-‘Izz ad-Dimasqy (terkenal dengan Ibnu Abil ‘Izz wafat th. 792 H) rahimahullah berkata: “Hukum mentaati ulil amri adalah wajib (selama tidak dalam kemaksiatan) meskipun mereka berbuat zhalim, karena kalau keluar dari ketaatan kepada mereka akan menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda dibanding dengan kezhaliman penguasa itu sendiri. Bahkan bersabar terhadap kezhaliman mereka dapat melebur dosa-dosa dan dapat melipatgandakan pahala. Karena Allah Azza wa Jalla tak akan menguasakan mereka atas diri kita melainkan disebabkan kerusakan amal perbuatan kita juga. Ganjaran itu bergantung pada amal perbuatan. Maka hendaklah kita bersungguh-sungguh memohon ampunan, bertaubat dan memperbaiki amal perbuatan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan musibah apa saja yang menimpamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan).” [Asy-Syuraa: 30]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” [Al-An’aam: 129]

Apabila rakyat ingin selamat dari kezhaliman pemimpin mereka, hendaknya mereka meninggalkan kezhaliman itu juga.” [5]

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata: “Penjelasan di atas sebagai jalan selamat dari kezhaliman para penguasa yang ‘warna kulit mereka sama dengan kulit kita, berbicara sama dengan lisan kita’ karena itu agar umat Islam selamat:

1. Hendaklah kaum Muslimin bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Hendaklah mereka memperbaiki ‘aqidah mereka.
3. Hendaklah mereka mendidik diri dan keluarganya di atas Islam yang benar sebagai penerapan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [Ar-Ra’d: 11]

Ada seorang da’i berkata:

أَقِيْمُوْا دَوْلَةَ اْلإِسْلاَمِ فِي قُلُوْبِكُمْ، تُقَمْ لَكُمْ فِيْ أَرْضِكُمْ.

“Tegakkanlah negara Islam di dalam hatimu, niscaya akan tegak Islam di negaramu.”

Untuk menghindarkan diri dari kezhaliman penguasa bukan dengan cara menurut sangkaan sebagian orang, yaitu dengan memberontak, mengangkat senjata ataupun dengan cara kudeta, karena yang demikian itu termasuk bid’ah dan menyalahi nash-nash syari’at yang memerintahkan untuk merubah diri kita lebih dahulu. Karena itu harus ada perbaikan kaidah dalam pembinaan, dan pasti Allah menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“… Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Maha Perkasa.” [Al-Hajj: 40] [6]

Ahlus Sunnah wal Jama’ah menganjurkan agar menasihati ulil amri dengan cara yang baik serta mendo’akan amir yang fasiq agar diberi petunjuk untuk melaksanakan kebaikan dan istiqamah di atas kebaikan, karena baiknya mereka bermanfaat untuk ia dan rakyatnya.

Imam al-Barbahari (wafat tahun 329 H) rahimahullah dalam kitabnya, Syarhus Sunnah berkata: “Jika engkau melihat seseorang mendo’akan keburukan kepada pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk salah satu pengikut hawa nafsu, namun jika engkau melihat seseorang mendo’akan kebaikan kepada seorang pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk Ahlus Sunnah, insya Allah.”

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Jikalau aku mempunyai do’a yang baik yang akan dikabulkan, maka semuanya akan aku tujukan bagi para pemimpin.” Ia ditanya: “Wahai Abu ‘Ali jelaskan maksud ucapan tersebut?” Beliau berkata: “Apabila do’a itu hanya aku tujukan bagi diriku, tidak lebih hanya bermanfaat bagi diriku, namun apabila aku tujukan kepada pemimpin dan ternyata para pemimpin berubah menjadi baik, maka semua orang dan negara akan merasakan manfaat dan kebaikannya.”

Kita diperintahkan untuk mendo’akan mereka dengan kebaikan bukan keburukan meskipun ia seorang pemimpin yang zhalim lagi jahat karena kezhaliman dan kejahatan akan kembali kepada diri mereka sendiri sementara apabila mereka baik, maka mereka dan seluruh kaum Muslimin akan merasakan manfaat dari do’anya.” [7]

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]
_______
Footnote
[1]. HR. Al-Bukhari (no. 4340, 7257), Muslim (no. 1840), Abu Dawud (no. 2625), an-Nasa-i (VII/159-160), Ahmad (I/94), dari Sahabat ‘Ali z. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (1/351 no. 181) oleh Syaikh Al-Albani t.
[2]. HR. Al-Bukhari (no. 2955, 7144), Muslim (no. 1839), at-Tirmidzi (no. 1707), Ibnu Majah (no. 2864), an-Nasa-i (VII/160), Ahmad (II/17, 142) dari Saha-bat Ibnu ‘Umar c. Lafazh ini adalah lafazh Muslim.
[3]. HR. Ahmad (IV/126,127, Abu Dawud (no. 4607) dan at-Tirmidzi (no. 2676), ad-Darimi (I/44), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (I/205) dan al-Hakim (I/95-96), dari Sahabat ‘Irbadh bin Sariyah . Dishahihkan oleh al-Hakim dan di-sepakati oleh adz-Dzahabi. Lafazh ini milik al-Hakim.
[4]. HR. Al-Bukhari (no. 7137), Muslim (no. 1835 (33)), Ibnu Majah (no. 2859) dan an-Nasa-i (VII/154), Ahmad (II/252-253, 270, 313, 511), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (X/41, no. 2450-2451), dari Sahabat Abu Hurairah .
[5]. Lihat Syarhul ‘Aqiidah ath-Thahaawiyyah (hal. 543) takhrij dan ta’liq Syu’aib al-Arnauth dan ‘Abdullah bin ‘Abdul Muhsin at-Turki.
[6]. Al-‘Aqiidatuth Thahaawiyyah (hal. 69), tahqiq Syaikh al-Albani, cet. II/Maktab al-Islami, th. 1414 H.
[7]. Lihat Syarhus Sunnah (no. 136), oleh Imam al-Barbahary.

Baca Selengkapnya : https://almanhaj.or.id/1399-ahlus-sunnah-taat-kepada-pemimpin-kaum-muslimin.html

Share:

Sabtu, 18 Mei 2019

Kisah Taubatnya Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari

Hasil gambar untuk sungaiPenulis: Amin Nurhakim

Siapa yang tak mengenal imam kita dalam akidah Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) ini, imam Abu al-Hasan al-Asy’ari. Beliaulah yang merumuskan akidah Aswaja sebagaimana akidah para salafus saleh terdahulu sampai ke masa Nabi saw. Perlu dicatat bahwa merumuskan bukanlah membuat atau menciptakan, jadi beliau bukan membuat akidah baru, akan tetapi hanya merumuskan.

Sebelum Imam al-Asy’ari merumuskan akidah Aswaja, beliau memiliki sejarah yang menarik bersama Mu’tazilah, yang mana paska beliau taubat banyak membantah kelompok-kelompok yang dinilai menyimpang, salah satunya adalah Mu’tazilah.

Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari dahulunya adalah seorang Mu’tazilah, bukan sekadar orang awam yang taqlid buta, namun beliau dijadikan rujukan dan menjadi ulama Mu’tazilah pada masanya.

    Tak tanggung-tanggung, Imam al-Asy’ari berpegang pada mazhab ini selama 40 tahun sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Tabyinu Kadzibil Muftari fî Ma Nushiba ilal Imamil Asy’ari yang dikarang oleh Ibnu ‘Asakir ad-Dimasqî (571 H).

Salah satu guru beliau yang mashur adalah Al-Jubba’i. Konon pernah terjadi percakapan yang membuat Imam al-Asy’ari bimbang pada mazhab ini, yaitu tentang permasalahan fi’lus sholah (Allah wajib menciptakan yang baik).

Imam al-Asy’ari: “Bagaimana pendapatmu tentang mukmin, kafir, dan bayi yang meninggal dalam waktu yang sama?”

Al-Jubbai: “Orang mukmin masuk surga, yang kafir masuk neraka, dan yang bayi terbebas dari bahaya.”

Imam al-Asy’ari: “Bagaimana jika bayi itu ingin masuk surga? Apakah bisa?”

Al-Jubba’i: “Tidak, sebab yang mukmin masuk surga karena ketaatannya kepada Tuhan, dan bayi belum melakukan ketaatan (beribadah).

Imam al-Asy’ari: “Bagaimana jika bayi itu berkata kepada Tuhan: “Itu bukan salahku, seandainya engkau memberiku hidup panjang, aku akan taat kepadamu.”

Al-Jubba’i: Tuhan akan menjawab, “Aku tahu bahwa jika kupanjangkan umurmu, kau akan berbuat dosa yang mengakibatkan masuk neraka, maka untuk kebaikanmu, Aku ambil nyawamu sebelum engkau terkena taklif (beban tanggungan sya’riat).”
Baca Juga:  Maziah dan Wasiat Mbah Ma'shoem Lasem

Imam al-Asy ‘ari: Bagaimana jika yang kafir itu protes: “Engkau tahu masa depanku sebagaimana masa depan bayi itu, tapi mengapa tidak engkau jaga kebaikanku?”

Sampai disini al-Jubba’i bungkam dan tak dapat menjawab.

Setelah itu Imam al-Asy’ari semakin bimbang, banyak pikiran dan keraguan yang berkecamuk dalam kepalanya, semakin parah kini kegundahan itu mulai merembas ke dalam hatinya maka beliau semakin tidak tenang.

    Imam al-Asy’ari pun salat dua raka’at dan berdoa kepada Allah Swt agar ditunjukan jalan yang lurus, sampai Allah pun membukakan mata hatinya dan melapangkan dadanya. Saat tertidur, beliau bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. Akhirnya Imam al-Asy’ari segera menceritakan keluh kesah yang sedang dialaminya, Rasulullah saw pun menjawab, “Ikutilah sunnnahku.” Sebagaimana termaktub dalam mukaddimah kitab Tabyîn Kadzibi al-Muftarî, beliau langsung terbangung dari tidurnya dan mendapatkan petunjuk.

Kemudian beliau datang ke masjid Jami’ di kota Basrah, bertepatan dengan hari Jumat setelah selesai shalat Jum’at. Langsung Imam al-Asy’ari naik ke atas mimbar dan berpidato, “Wahai manusia, beberapa hari ini aku telah menghilang di antara kalian, sebab aku membandingkan dalil-dalil yang sepadan (dalam mazhab Mu’tazilah), namun belum menguatkan kebenaran dari kebatilan, juga sebaliknya.

Maka aku pun meminta petunjuk kepada Allah Swt, kemudian Dia memberiku hidayah dan aku menyimpannya dalam kitab-kitabku ini. Aku telah melepas apa yang dulu aku yakini sebagaimana aku melepas baju ini.” Kemudian beliau melepas bajunya dan melemparnya.

Semoga bermanfaat
Share:

SESATNYA FIRQAH ASY’ARIYYAH MENURUT PANDANGAN ULAMA BESAR DARI BERBAGAI MADZHAB

Hasil gambar untuk sungai
[Menjawab Syubhat “Asy’ariyyah Itu Tidak Sesat, Buktinya Ibnu Hajar dan An-Nawawi Asy’ariyyah” Bagian 1]

بسم الله الرحمن الرحيم.

Sesungguhnya Nabi kita yang mulia shallallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan dan mempersaksikan bahwa sebaik-baik generasi adalah tiga generasi pertama dari umat ini.

Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُم

Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasi Sahabat), kemudian orang-orang setelah mereka (generasi Tabiin), kemudian orang-orang setelah mereka (Tabiut-Tabi’in).
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sekalipun di zaman tersebut telah muncul firqah-firqah sesat seperti Khawarij, Qadariyyah, Murjiah dan lainnya, namun tersebarnya paham-paham sesat tersebut tidak seperti zaman setelah mereka yang semakin banyak dan bermacam-macam, yang semuanya di bangun di atas ilmu kalam. Diantara firqah sesat yang muncul setelah generasi terbaik adalah sekte Asy’Ariyyah yang diusung oleh Al-Imam Abul-Hasan Al-Asy’ari rahimahullah (sebelum beliau rujuk ke aqidah Salaf) yang wafat tahun 324 H.

Berkata Al-Imam As-Sijzi rahimahullah (wafat:444 H):
“Ketahuilah -semoga Allah memberikan petunjuk kepada kami dan kepada kalian- bahwasanya tidak ada perselisihan diantara manusia dengan perbedaan pemahaman mereka sejak awal zaman (islam) sampai waktu munculnya Ibnu Kullab, Al-Qalanisi, Ash-Shalihi, Al-Asy’ari, dan kawan-kawan mereka yang menampakan bantahan terhadap Mu’tazilah, padahal mereka bersama mereka (mu’tazilah), bahkan mereka lebih jelek keadaan batinnya dari mu’tazilah.”
📚(Risalah As-Sijzi Ila Ahli Zubaid:115-117)

Sekalipun demikian, tetap ada sebagian kalangan yang tidak mengakui sesatnya firqah Asy’ariyyah ini. Kata mereka: hukum sesat terhadap firqah Asy’ariyyah hanyalah dari kaum “Wahhabiyyah”. Asy’ariyyah itu adalah Ahlussunnah, kenyataannya banyak dari para ulama itu beraqidah Asy’ariyyah, diantaranya adalah dua imam besar Al-Hafidz An-Nawawi dan Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahumallah, dan tidak ada yang menyesatkannya kecuali Wahhabiyyah.

Untuk menjawab syubhat tersebut, penulis membawakan dua muqaddimah yang harus diketahui oleh setiap muslim yaitu:
1-Hukum Sesat Terhadap Firqah Asy’Ariyyah bukanlah Produk Ahlussunnah Salafiyyin yang mereka gelari dengan Wahhabiyyah. (ini tema pembahasan dalam artikel ini)
2-Sebab Kenapa Sebagian Ulama Terjatuh Kepada Aqidah Asy’ariyyah. (In syaa Allah akan dibahas pada artikel selanjutnya)

Merupakan suatu tuduhan tak berdasar mengatakan bahwa hukum sesat terhadap Asy’ariyyah adalah berasal dari Ahlussunnah Salafiyyin “Wahhabiyyah”, tuduhan ini dibangun di atas fanatik madzhab dan kebencian terhadap dakwah Salaf yang mulia ini.

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa yang menghukumi Asy’ariyyah itu sesat adalah para ulama dari berbagai madzhab yang empat (Hanafiyah, Malikiyyah, Syafiiyyah, Hanbali) dan Zhahiriyyah. Oleh karena itu, penulis akan bawakan ucapan mereka dengan izin Allah. Dan penulis tidak akan membawakan ucapan para ulama semisal Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnul-Qayyim, Muhammad ibn Abdil-Wahhab, dan para ulama di zaman ini yang mereka sebut dengan ulama Wahhabi. Tapi penulis akan bawakan ucapan para ulama dari berbagai madzhab yang hidup sezaman dengan ulama Asy’ariyyah; baik yang sezaman dengan penggagasnya Abul-Hasan Asy’ariy atau setelahnya.

✅Berikut ini adalah ucapan-ucapan mereka tentang sekte Asy-ariyyah, penulis bawakan sesuai urutan tahun wafatnya:

1-Al-Imam Abul-Abbas Ahmad ibn Umar ibn Suraij Al-Bagdadi Asy-Syafi’i (wafat:306 H)

Beliau berkata:
( ﻻ ﻧﻘﻮﻝ ﺑﺘﺄﻭﻳﻞ اﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ، ﻭاﻷﺷﻌﺮﻳﺔ، ﻭاﻟﺠﻬﻤﻴﺔ، ﻭاﻟﻤﻠﺤﺪﺓ، ﻭاﻟﻤﺠﺴﻤﺔ، ﻭاﻟﻤﺸﺒﻬﺔ، ﻭاﻟﻜﺮاﻣﻴﺔ، ﻭاﻟﻤﻜﻴﻔﺔ، ﺑﻞ ﻧﻘﺒﻠﻬﺎ ﺑﻼ ﺗﺄﻭﻳﻞ، ﻭﻧﺆﻣﻦ ﺑﻬﺎ ﺑﻼ ﺗﻤﺜﻴﻞ، ﻭﻧﻘﻮﻝ اﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﻬﺎ ﻭاﺟﺐ، ﻭاﻟﻘﻮﻝ ﺑﻬﺎ ﺳﻨﺔ، ﻭاﺑﺘﻐﺎء ﺗﺄﻭﻳﻠﻬﺎ ﺑﺪﻋﺔ)

Kami tidak berpendapat (dalam ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sifat Allah) dengan ta’wilnya Mu’tazilah, Asy’ariyyah, Jahmiyyah, Mulhidah, Mujassimah, Musyabbihah, Karramiyyah, dan Mukayyifah. Bahkan kami menerimanya tanpa menta’wil, beriman kepadanya tanpa tamtsil, dan kami berpendapat: beriman kepadanya adalah wajib dan berpendapat dengannya adalah sunnah, dan mencari ta’wilnya adalah bid’ah.
📚(Ijtimã’ Al-Juyûsy Al-Islãmiyyah:119)

Beliau bergelar Imam Asy-Syafi’i Kedua.

2.Al-Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Shalih Al-Qahthani Al-Andulisi Al-Maliki rahimahullah (wafat: 378 H)

Beliau berkata dalam Nuniahnya:

والآن أهجو الأشعري وحزبه … .وأذيع ما كتموا من البهتان

Dan sekarang saya mengecam Asy’ari dan kelompoknya,
Saya akan membeberkan apa yang mereka tutupi berupa kedustaan.
📒(Nuniah Al-Qahthani)

3-Al-Imam Muhammad Ibn Ahmad ibn ishaq Mindad Al-Mishri Al-Maliki rahimahullah (wafat: 390 H)

Beliau berkata:
ﺃﻫﻞ اﻷﻫﻮاء ﻋﻨﺪ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺳﺎﺋﺮ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻫﻢ ﺃﻫﻞ اﻟﻜﻼﻡ، ﻓﻜﻞ ﻣﺘﻜﻠﻢ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻷﻫﻮاء ﻭاﻟﺒﺪﻉ ﺃﺷﻌﺮﻳﺎ ﻛﺎﻥ ﺃﻭ ﻏﻴﺮ ﺃﺷﻌﺮﻱ، ﻭﻻ ﺗﻘﺒﻞ ﻟﻪ ﺷﻬﺎﺩﺓ ﻓﻲ اﻹﺳﻼﻡ، ﻭﻳﻬﺠﺮ ﻭﻳﺆﺩﺏ ﻋﻠﻰ ﺑﺪﻋﺘﻪ، ﻓﺈﻥ ﺗﻤﺎﺩﻯ ﻋﻠﻴﻬﺎ اﺳﺘﺘﻴﺐ ﻣﻨﻬﺎ

Ahlul-Ahwa menurut Imam Malik dam semua sahabat kami (ulama Malikiyyah) adalah Ahli Kalam. Setiap mutakallim maka dia adalah seorang ahli hawa dan bid’ah, baik itu dia seorang asy’ari atau bukan asy’ari. Tidak diterima persaksiannya dalam Islam, diboikot dan diberi pelajaran karena bid’ahnya, jika dia tetap pada pendiriannya maka diminta untuk bertobat.
📚(Jami Bayãnil-Ilmi wa Fadhlih:2/943)

4.Imam Besar Madzhab Syafi’iyyah Abu Hamid Ahmad ibn Abi Thahir Al-Isfirãini rahimahullah (wafat:406 H)

Berkata Abul-Hasan Al-Karkhi Asy-Syafii:

ﻭﻛﺎﻥ اﻟﺸﻴﺦ ﺃﺑﻮ ﺣﺎﻣﺪ اﻹﺳﻔﺮاﺋﻴﻨﻲ ﺷﺪﻳﺪ اﻹﻧﻜﺎﺭ ﻋﻠﻰ اﻟﺒﺎﻗﻼﻧﻲ ﻭﺃﺻﺤﺎﺏ اﻟﻜﻼﻡ

Asy-Syaikh Abu Hamid Al-Isfirãini adalah seorang yang sangat keras pengingkarannya terhadap Al-Baqillani dan orang-orang ahli kalam…
Dan
📚(Dar’u Ta’ãrudh Al-‘Aql wan-Naql:2/96, Al-Fatawa Al-Kubra:6/600)

5.Al-Imam Abu Umar Muhammad ibn Al-Husain Al-Bisthãmi Asy-Syafi’i Al-Wa’izh rahimahullah (wafat: 408 H)

Beliau berkata:
ﻛﺎﻥ ﺃﺑﻮ اﻟﺤﺴﻦ اﻷﺷﻌﺮﻱ ﺃﻭﻻ ﻳﻨﺘﺤﻞ اﻻﻋﺘﺰاﻝ، ﺛﻢ ﺭﺟﻊ ﻓﺘﻜﻠﻢ ﻋﻠﻴﻬﻢ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻣﺬﻫﺒﻪ اﻟﺘﻌﻄﻴﻞ، ﺇﻻ ﺃﻧﻪ ﺭﺟﻊ ﻣﻦ اﻟﺘﺼﺮﻳﺢ ﺇﻟﻰ اﻟﺘﻤﻮﻳﻪ

Awalnya Abul-Hasan Al-Asy’ari menyatakan pemikiran mu’tazilah, kemudian dia rujuk lalu membantah mereka. Sesungguhnya madzhabnya adalah ta’thil (menafikan Sifat), akan tetapi dia hanyalah berpindah dari sikap terang-terangan ke sikap menyamarkan.
📚(Dzammul-Kalãm wa Ahlih:4/408)

6.Al-Hafidz Abu Hatim Ahmad ibn Al-Hasan ibn Muhammad Ar-Razi yang dikenal dengan Khamusy (wafat: antara 430-440 H)

Berkata Syaikhul-Islam Al-Harawi rahimahullah:
(ﺳﻤﻌﺖ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﺤﺴﻦ اﻟﺨﺎﻣﻮﺷﻲ اﻟﻔﻘﻴﻪ اﻟﺮاﺯﻱ ﻓﻲ ﺩاﺭﻩ ﺑﺎﻟﺮﻱ ﻓﻲ ﻣﺤﻔﻞ ﻳﻠﻌﻦ اﻷﺷﻌﺮﻳﺔ، ﻭﻳﻄﺮﻱ اﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ)

Saya mendengar Ahmad ibn Al-Hasan Al-Khamusyi Al-Faqih Ar-Razi di rumahnya di kota Ray dalam suatu majlis dia melaknat Asy’ariyyah dan memuji Hanabilah.
📚(Dzammul-Kalam:4/420)

7.Al-Imam Al-Hafidz Abu Nashr Ubaidillah ibn Sa’id As-Sijzi Al-Hanafi rahimahullah (wafat: 444 H)

Setelah menyebutkan tokoh-tokoh Mu’tazilah, beliau berkata:
ﺛﻢ ﺑﻠﻲ ﺃﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ ﺑﻌﺪ ﻫﺆﻻء -ﺃﻱ اﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ – ﺑﻘﻮﻡ ﻳﺪﻋﻮﻥ ﺃﻧﻬﻢ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻻﺗﺒﺎﻉ. ﻭﺿﺮﺭﻫﻢ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺿﺮﺭ اﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ، ﻭﻫﻢ ﺃﺑﻮ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻛﻼﺏ، ﻭﺃﺑﻮ اﻟﻌﺒﺎﺱ اﻟﻘﻼﻧﺴﻲ، ﻭﺃﺑﻮ اﻟﺤﺴﻦ اﻷﺷﻌﺮﻱ…
ﻭﻛﻠﻬﻢ ﺃﺋﻤﺔ ﺿﻼﻝ ﻳﺪﻋﻮﻥ اﻟﻨﺎﺱ ﺇﻟﻰ ﻣﺨﺎﻟﻔﺔ اﻟﺴﻨﺔ ﻭﺗﺮﻙ اﻟﺤﺪﻳﺚ
Kemudian setelah mereka (Mu’tazilah), Ahlussunnah diuji dengan suatu kaum yang mengaku bahwa mereka adalah ahlu Ittiba’, (padahal) bahaya mereka lebih berbahaya dari Mu’tazilah dan selainnya. Mereka itu adalah: Abu Muhammad ibn Kilab, Abul-Abbas Al-Qalanisi, ABUL-HASAN AL-ASY’ARI… (Lalu beliau meyebutkan tokoh-tokoh setelahnya).

(Setelah itu beliau berkata):
MEREKA SEMUA ITU ADALAH PARA IMAM KESESATAN YANG MENGAJAK MANUSIA AGAR MENYELISIHI SUNNAH DAN MENINGGALKAN HADITS.
📚(Risalah As-Sijzi Ila Ahli Zubaid:343-346)

8.Al-Imam Al-Hafidz Al-Kabir Abu Muhammad Ali ibn Ahmad Ibn Said ibn Hazm Azh-Zhahiri (wafat: 456 H)

Beliau mengomentari tentang salah satu pemikiran Asy’ariyyah yaitu masalah Ilmu Allah adalah selain Allah tapi selalu bersamaNya:

…ﻭﻣﺎ ﻗﺎﻝ ﺑﻬﺬا ﺃﺣﺪ ﻗﻂ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻹﺳﻼﻡ ﻗﺒﻞ ﻫﺬﻩ اﻟﻔﺮﻗﺔ اﻟﻤﺤﺪﺛﺔ ﺑﻌﺪ اﻟﺜﻼﺛﻤﺎﺋﺔ ﻋﺎﻡ -ﺃﻱ اﻷﺷﺎﻋﺮﺓ-، ﻓﻬﻮ ﺧﺮﻭﺝ ﻋﻦ اﻹﺳﻼﻡ ﻭﺗﺮﻙ ﻟﻹﺟﻤﺎﻉ اﻟﻤﺘﻴﻘﻦ

Tidak ada seorang pun dari Ahli Islam berpendapat demikian sebelum firqah bid’ah ini setelah 300 tahun -yaitu Asy’ariyyah-, ini adalah keluar dari islam dan meninggalkan Ijma yang pasti.
📚(Al-Fashl Fil-Milal:2/105)

Beliau adalah Imam besar madzhab Azh-Zhahiriyyah

9.Al-Imam Al-Qadhi Abul-Husain Muhammad ibn Muhammad ibn Al-Husain Al-Farra Al-Hanbali (wafat: 526 H)

Berkata Al-Hafidz As-Silafi:
(ﻛﺎﻥ ﺃﺑﻮ اﻟﺤﺴﻴﻦ ﻣﺘﻌﺼﺒﺎ ﻓﻲ ﻣﺬﻫﺒﻪ، ﻭﻛﺎﻥ ﻛﺜﻴﺮا ﻣﺎ ﻳﺘﻜﻠﻢ ﻓﻲ اﻷﺷﺎﻋﺮﺓ ﻭﻳﺴﻤﻌﻬﻢ، ﻻ ﺗﺄﺧﺬﻩ ﻓﻲ اﻟﻠﻪ ﻟﻮﻣﺔ ﻻﺋﻢ)

Dahulu Abul-Husain adalah seorang yang fanatik terhadap madzhabnya, dan beliau sering berbicara tentang Asy’ariyyah dan terang-terangan kepada mereka, beliau tidak takut celaan pencela karena Allah.
📚(As-Siyar:19/602)

10.Al-Imam Abul-Husain Yahya ibn Abil-Khair Al-Imrani Al-Yamani Asy-Syafi’i rahimahullah (wafat: 558 H),

Beliau berkata:

وأقوال الأشعرية مثبتة على أصول المعتزلة لأن أبا الحسن كان معتزلياً

Pemikiran-pemikiran Asy’ariyyah ditetapkan di atas pokok pemikiran mu’tazilah, karena Abul-Hasan dahulunya adalah seorang Mu’tazili.
📚(Al-Intishãr Fir-Rad Alal-Mu’tazilah:2/648)

Beliau penulis Kitab Al-Bayan Fi Madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i.

11.Al-Imam Abu Muhammad Abdul-Qadir ibn Abi Shalih Al-Jailani Al-Hanbali rahimahullah (wafat:561 H)

Ketika berbicara masalah Shaut dan Huruf pada sifat Kalamullah, beliau berkata:
ﻭﻗﺪ ﻧﺺ اﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻰ ﺇﺛﺒﺎﺕ اﻟﺼﻮﺕ ﻓﻲ ﺭﻭاﻳﺔ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ اﻷﺻﺤﺎﺏ ﺭﺿﻮاﻥ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ ﺧﻼﻑ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﺖ اﻷﺷﻌﺮﻳﺔ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻛﻼﻡ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻌﻨﻰ ﻗﺎﺋﻢ ﺑﻨﻔﺴﻪ، ﻭاﻟﻠﻪ ﺣﺴﻴﺐ ﻛﻞ ﻣﺒﺘﺪﻉ ﺿﺎﻝ ﻣﻀﻞ.

Al-Imam Ahmad telah menegaskan tentang penetapan Shaut (suara) dalam riwayat sejumlah sahabatnya (murid-muridnya) radhiyallahu anhum, berbeda dengan apa yang diyakini oleh Asy’ariyyah bahwasanya Kalamullah adalah makna yang berdiri sendiri. Allah yang akan menghisab setiap ahli bid’ah yang sesat lagi menyesatkan.
📚(Al-Gunyah:1/131)

Beliau dikenal di kalangan Shufiyyah: Abdul-Qadir Al-Jailani. Banyak disandarkan kepadanya hal-hal yang dusta.

12.Al-Imam Abu Muhammad Abdullah ibn Ahmad ibn Qudamah Al-Maqdisi Al-Hanbali (wafat: 620 H)

Beliau berkata:

(ﻭﻻ ﻧﻌﺮﻑ ﻓﻲ ﺃﻫﻞ اﻟﺒﺪﻉ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻳﻜﺘﻤﻮﻥ ﻣﻘﺎﻟﺘﻬﻢ ﻭﻻ ﻳﺘﺠﺎﺳﺮﻭﻥ ﻋﻠﻰ ﺇﻇﻬﺎﺭﻫﺎ ﺇﻻ اﻟﺰﻧﺎﺩﻗﺔ ﻭاﻷﺷﻌﺮﻳﺔ)

Kami tidak ketahui di kalangan ahli Bid’ah sebuah kelompok yang menyembunyikan pemikiran mereka dan tidak berani menampakannya selain Zanadiqah dan Asy’ariyyah.
📚(Al-Munazharah Fil-Qur’an:35)

Beliau adalah Imam Besar Madzhab Hanabilah. Penulis kitab Al-Mughni.

Ucapan para ulama sangatlah banyak dalam masah ini. Yang penulis bawakan di sini adalah yang terang-terangan menyebut firqah Asy’ariyyah. Syaikhul-Islam Abu Ismail Al-Harawi membuat Bab khusus dalam kitabnya Dzammul-Kalãm wa Ahlih: Bab Dzikri Kalam Al-Asy’ari (Bab penyebutan pemikiran/ideologi Al-Asy’ari).

Adapun yang secara umum mencela Ahli Kalam maka sangatlah banyak, juga celaan mereka terhadap firqah Kullabiyyah yang merupakan asal dan induk firqah Asy’ariyyah sangatlah banyak.

✅Bahkan sebagian ulama ada yang sampai pada tahap mengkafirkan firqah Asy’ariyyah

1. Abul-Abbas Ahmad ibn Muhammad An-Nuhawandi Az-Zahid Al-Arif (wafat: 394 H), [Tarikhul-Islam:8/737]

➡Berkata Syaikhul-Islam Al-Harawi rahimahullah: saya mendengar Ahmad ibn Hamzah dan Abu Ali Al-Haddad rahimahumallah mereka berkata:

(ﻭﺟﺪﻧﺎ ﺃﺑﺎ اﻟﻌﺒﺎﺱ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ اﻟﻨﻬﺎﻭﻧﺪﻱ ﻋﻠﻰ اﻹﻧﻜﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﻫﻞ اﻟﻜﻼﻡ ﻭﺗﻜﻔﻴﺮ اﻷﺷﻌﺮﻳﺔ.
ﻭﺫﻛﺮا ﻋﻈﻢ ﺷﺄﻧﻪ ﻓﻲ اﻹﻧﻜﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﺑﻲ اﻟﻔﻮاﺭﺱ اﻟﻘﺮﻣﺎﺳﻴﻨﻲ ﻭﻫﺠﺮاﻧﻪ ﺇﻳﺎﻩ ﻟﺤﺮﻑ ﻭاﺣﺪ)

Kami mendapatkan Abul-Abbas Ahmad ibn Muhammad An-Nuhawandi mengingkari Ahli Kalam dan mengkafirkan Asy’ariyyah.
(Al-Harawi berkata): mereka berdua juga menyebutkan tentang kerasnya pengingkaran beliau terhadap Abul-Fawaris Ar-Qurmasini dan pemboikotannya karena satu masalah.

➡berkata Syaikhul-Islam Al-Harawi rahimahullah:

ﺳﻤﻌﺖ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻤﺰﺓ ﻳﻘﻮﻝ:
(ﻟﻤﺎ اﺷﺘﺪ اﻟﻬﺠﺮاﻥ ﺑﻴﻦ اﻟﻨﻬﺎﻭﻧﺪﻱ ﻭﺃﺑﻲ اﻟﻔﻮاﺭﺱ ﺳﺄﻟﻮا ﺃﺑﺎ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ اﻟﺪﻳﻨﻮﺭﻱ؛ ﻓﻘﺎﻝ: ﻟﻘﻴﺖ ﺃﻟﻒ ﺷﻴﺦ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻨﻬﺎﻭﻧﺪﻱ)

Saya mendengar Ahmad ibn Hamzah berkata:
Ketika semakin hebat saling boikot antara An-Nuhawandi dan Abul-Fawaris, maka orang-orang bertanya kepada Abu Abdillah Ad-Dainuri, beliau menjawab:
Saya mendapati SERIBU Syaikh mencocoki An-Nuhawandi.
📚(Dzammul-Kalãm:4/404)

📝Abu Abdillah Ad-Dainuri: Asy-Syaikh Al-Imam Al-Husain ibn Muhammad ibn Al-Husain Ats-Tsaqafi (wafat: 414 H), [As-Siyar:17/383]

2.Al-Imam Al-Wa’izh Abu Zakariya Yahya ibn Ammãr As-Sijistani (wafat: 422 H), [Tarikhul-Islãm:9/384)

Berkata Syaikhul-Islam Al-Harawi rahimahullah:

(رأيت يحي بن عمار ما لا أحصي من مرة على منبره يكفرهم -أي الأشعرية- ويلعنهم، ويشهد على أبي الحسن الأشعري بالزندقة، وكذلك رأيت عمر بن إبراهيم ومشائخنا)

Saya telah menyaksikan berkali-kali Yahya ibn Ammar di atas minbarnya mengkafirkan mereka -yaitu Asy’ariyyah- dan melaknat mereka, dan bersaksi atas Abul-Hasan Al-Asy’ari adalah seorang Zindiq.
Demikian juga saya menyaksikan Umar ibn Ibrahim dan guru-guru kami (seperti itu).
📚(Dzammul-Kalãm:4/411)

📝Umar ibn Ibrahim yaitu Umar ibn Ibrahim ibn Ismail Abul-Fadhl Az-Zahid (wafat: 426 H), [Tarikh Baghdad:13/146]

Penulis katakan:
Kami tidak sepakat tentang pengkafiran tersebut. Akan tetapi, yang menjadi pelajaran di sini adalah kerasnya pengingkaran para ulama tersebut sehingga sampai tahap mengkafirkan firqah Asy’ariyyah.

👆Dengan pemaparan dan uraian di atas, jelaslah bahwa hukum sesat terhadap firqah Asy’ariyyah yang diklaim oleh sebagian orang sebagai Ahlussunnah (in syaa Allah akan datang bantahan atas klaim ini dalam artikel tersendiri) adalah dari para ulama, bukan dari Ahlussunnah yang mereka gelari Wahhabiyah.

📝Kesimpulan:
Firqah Asy’ariyyah adalah firqah sesat yang muncul setelah tiga generasi terbaik dalam islam.
Faedah:
Firqah ini di negeri kita Indonesia di anut oleh sebagian kaum yang menamakan diri mereka “ASWAJA”.

✳In syaa Allah bersambung bagian 2.

وبالله التوفيق.

🗓 12 Syawwal 1439
✍🏻 Muhammad Abu Muhammad Pattawe,
🕌 Darul-Hadits Ma’bar-Yaman.
Share:

Minggu, 24 Februari 2019

JANGAN PIKIRKAN HANYA DUNIA TETAPI UTAMAKAN HAK ALLAH

Bismillah hirohman niirohim Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh Selamat pagi sahabat hati ku semuanya
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :

“Barangsiapa yang bangun dipagi hari namun hanya duniayang dipikirkannya, sehingga seolah-olah dia tidak melihat hak Allah dalam dirinya, maka Allah akan menanamkan 4 (empat) penyakit dalam dirinya:1.Kebingungan, yang tiada putusnya;2.Kesibukan, yang tidak ada ujungnya;3.Kebutuhan, yang tidak terpenuhi; dan
4.Keinginan, yang tidak tercapai .”(HR. Ath Thabrani).

Maka mulailah pagi harimu dengan menjaga hak Allah terlebih dahulu, dan bersyukur karena Dia masih memberi umur dan kesempatan untuk hidup. Dengan demikian Allah akan menjaga “dunia” mu.

Maukah kamu aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Raja-mu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimudari infak emas atau perak?”

Beliau bersabda,
“Dzikir kepada Allah Yang Maha tinggi.” (HR. At-Tirmidzi no. 3377)

Dan apa yang perlu diresahkan jika dengan dzikirpagimu, Allah akan mengangkat derajatmu?
Dengan berdzikir maka pagi mu akan menjadi lebih indah dan berseri.“…Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Sempat kan sholat dhuha
tutup pagimu dengan sholat dhuha Bersedekah untuk 360 persendianmu, maka Allah akan mencukupimu hingga sore hari :

“Allah Ta’ala berfirman:
Wahai anak Adam, jangan-lah engkau tinggalkan 4 raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha).
Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286),
“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.”

Para sahabat pun mengatakan,
“Lalu siapayang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?”

Nabi shallallahu‘alaihi wasallam lantas mengatakan,
“Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5: 354)

Betapa tenang dan damainyapagi hari jika kita mulai dengan memelihara hak Allah.

Semoga kita dijadikan hamba Allah yang senantiasa bersyukur dan senantiasa mendahulukan hak-hak Allah.

Wallahu A’lam Bishawab
Semoga bermanfaat
Salam dhuha semoga penuh berkah Aamiin Ya Rabbal alamin
Sumber :  Jaka Utama
Share:

Berdo’a Adalah Ibadah

Assalamualaikum
Warahmatullahi wabarakatuhu
Santun silaturrahiim sahabat hatiku semua
Selamat menikmati rehatnya
Semoga bahagia dan senantiasa dalam rahmatnya
Allah selalu
Aamiin ya robbal alamiin🙇🌷

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ
إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِين

Dan Rabbmu berfirman:“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku (berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina [Al-Mu’min/Ghafir/40: 60].

Dalam sebuah hadits yang shahih, dari an-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berdo’a adalah ibadah”, lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat di atas [4]. Maka maksud ibadah dalam ayat di atas adalah berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla .

Ayat yang mulia ini menunjukkan agungnya karunia dan rahmat Allâh Azza wa Jalla kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, karena Dia Azza wa Jalla memotivasi mereka untuk selalu berdo’a kepada-Nya, yang itu merupakan kunci kebaikan diri mereka di dunia dan akhirat, dan Dia Azza wa Jalla menjanjikan pengabulan do’a mereka.

Bahkan di akhir ayat ini, Allâh Azza wa Jalla memberikan ancaman keras bagi orang yang menyombongkan diri dan berpaling dari berdo’a kepada-Nya[5]. Inilah makna sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Sesungguhnya barangsiapa yang enggan untuk memohon kepada Allâh maka Dia akan murka kepadanya [6].

Kalau kita renungkan dengan seksama ayat yang mulia ini, kita akan dapati isyarat makna agung sehubungan dengan mulianya kedudukan berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla , yaitu bahwa orang yang paling dicintai Allâh Azza wa Jalla adalah orang selalu berdo’a dan memohon kepada-Nya, sebagaimana orang yang enggan berdo’a kepada-Nya maka dialah yang paling dibenci dan dimurkai-Nya.

Makna ini yang diungkapkan oleh Imam
Sufyan ats-Tsauri rahimahullah dalam ucapan beliau, “Wahai (Dzat) yang (menjadikan)
hamba yang paling dicintai-Nya adalah
yang berdo’a dan banyak memohon kepada-Nya. Wahai (Dzat) yang (menjadikan) hamba yang paling dibenci-Nya adalah hamba yang tidak mau berdo’a kepada-Nya. Tidak ada satupun yang bersifat seperti itu selain-Mu, wahai Rabb-ku” [7].

Oleh karena itu, taufik dari Allâh Azza wa Jalla yang merupakan sebab utama tercurahnya semua kebaikan dunia dan akhirat bagi seorang hamba, kunci utama untuk mendapatkannya
adalah berdo’a dengan sungguh-sungguh dan memperlihatkan rasa butuh yang sangat kepada Allâh Azza wa Jalla.

Semoga Bermanfaat

Sumber :Ra2 Renies
 
Share:

RABBANAGFIRLIY WALIWALIDAYYA WA LILMU’MININ


Bismillah hirohman niirohim Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh Sahabat hati semuanya
Selamat malam

✅selipkan doa ini 

RABBANAGFIRLIY WALIWALIDAYYA WA LILMU’MININ

✅Disetiap doa anda keutamaannya
Kita mendoakan orangtua dan
kaum mukminin
Seluruh dunia, dan pahala kita luar biasa karena, mendoakan orang banyak
Tanpa Sepengetahuannya
Terutama disaat diijabahnya doa seperti disaat azan dan ikomah

✅Keutamaan Mendoakan Orang Lain Tanpa Sepengetahuannya
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hasyr: 10)

✅Berdoalah dengan doanya nabi ibrahim
Istighfarnya Nabi Ibrahim yang istimewa…
“Robbanaghfirli waliwalidayya walilmukminin” (Qs. Ibrahim: 41)
(Ya Rabb kami, ampunilah aku, kedua orangtuaku, dan seluruh kaum mukminin).

✅disaat berdoa Perbanyaklah beristighfar seperti ini,
karena akan banyak sekali manfaat yg kita dapatkan.
Allah akan lebih mendengar istighfar kita, karena kita menggunakan kekasih Allah ta ala

“✅Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)

✅Dari Abu Ad-Darda’ dia berkata: Rasulullah shallalahu alaihi wa salam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(HR. Muslim no. 4912)

✅Dalam riwayat lain dengan lafazh:
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan, “Aamiin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.”

Semoga bermanfaat

✅Disetiap doa anda keutamaannya
Kita mendoakan orangtua dan
kaum mukminin
Seluruh dunia, dan pahala kita luar biasa karena, mendoakan orang banyak
Tanpa Sepengetahuannya
Terutama disaat diijabahnya doa seperti disaat azan dan ikomah

✅Keutamaan Mendoakan Orang Lain Tanpa Sepengetahuannya
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hasyr: 10)

✅Berdoalah dengan doanya nabi ibrahim
Istighfarnya Nabi Ibrahim yang istimewa…
“Robbanaghfirli waliwalidayya walilmukminin” (Qs. Ibrahim: 41)
(Ya Rabb kami, ampunilah aku, kedua orangtuaku, dan seluruh kaum mukminin).

✅disaat berdoa Perbanyaklah beristighfar seperti ini,
karena akan banyak sekali manfaat yg kita dapatkan.
Allah akan lebih mendengar istighfar kita, karena kita menggunakan kekasih Allah ta ala

“✅Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)

✅Dari Abu Ad-Darda’ dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(HR. Muslim no. 4912)

✅Dalam riwayat lain dengan lafazh:
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan, “Aamiin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.”

Semoga bermanfaat

 Sumber :Jaka Utama

Share:

Tidak boleh bersalaman diantara Laki laki dan perempuan yang bukan, mahramnya

gambar tidak ditampilkan
Bismillah hirohman niirohim Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh Selamat pagi sahabat hati ku semuanya

✅Tidak boleh bersalaman diantara
Laki laki dan perempuan yang bukan, mahramnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman :
“Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya”
(QS. An Nuur: 31)

✅Hadits Ma’qil bin Yasar Radhyiallahu ‘Anhu :
لَأَنْ يُطْعَنُ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ
“Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya
.” (HR. Ar-Ruyani dalam Musnad-nya no.1282, Ath-Thabrani 20/no. 486-487 dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 4544 dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 226)

✅Dari Jarir bin ‘Abdillah, beliau mengatakan,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja).
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.”
(HR. Muslim no. 2159)

✅Dalam membaiat para shahabiyyah sekalipun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjabat tangan mereka[5]. Aisyah radhiallahu ‘anha istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ كَانَ يَمْتَحِنُ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِ مِنَ الْـمُؤْمِنَاتِ بِهَذِهِ الْآيَةِ بِقَوْلِ اللهِ تَعَالَى {ياَ أيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْـمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ} إِلَى قَوْلِهِ {غَفُورٌ رَحِيمٌ} قَالَ عُرْوَةُ: قَالَتْ عَائِشَةُ: فَمَنْ أَقَرَّ بِهَذَا الشَّرْطِ مِنَ الْـمُؤْمِنَاتِ، قَالَ لـَهَا رَسُولُ اللهِ: قَدْ باَيَعْتُكِ؛ كَلاَمًا، وَلاَ وَاللهِ مَا مَسَّتْ يَدُهُ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ فِي الْـمُبَايَعَةِ، مَا يبُاَيِعُهُنَّ إِلاَّ بِقَوْلِهِ: قَدْ باَيَعْتُكِ عَلَى ذَلِكَ
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menguji kaum mukminat yang berhijrah kepada beliau dengan firman Allah ta’ala:
“Wahai Nabi, apabila datang kepadamu wanita-wanita yang beriman untuk membaiatmu….” Sampai pada firman-Nya: “Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.” Urwah berkata,

“Aisyah mengatakan: ‘Siapa di antara wanita-wanita yang beriman itu mau menetapkan syarat yang disebutkan dalam ayat tersebut’.

” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata kepadanya, “Sungguh aku telah membaiatmu”, beliau nyatakan dengan ucapan (tanpa jabat tangan).” Aisyah berkata, “Tidak, demi Allah! Tangan beliau tidak pernah sama sekali menyentuh tangan seorang wanita pun dalam pembaiatan. Tidaklah beliau membaiat mereka kecuali hanya dengan ucapan, “Sungguh aku telah membaiatmu atas hal tersebut.”
(HR. Al-Bukhari no. 4891 dan Muslim no. 4811)

Semoga bermanfaat
Salam dhuha semoga penuh berkah Aamiin Ya Rabbal alamin
Sumber :  Jaka Utama
Share:

RADIO DAKWAH

LISTEN QURAN

Listen to Quran

Clock


Blog Archive